Sunarwoto*
Sebut saja namanya Kang Muhib, seorang kawan, mahasiswa BK (bebas kuliah) di sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta. Sejak rajin mengikuti pengajian di masjid tempatnya tinggal, keberagamaan Kang Muhib tumbuh sedemikian pesat. Dari sekian banyak pengajian yang diikuti, dia tampaknya menemukan format keberislaman yang sejuk-damai, namun sekaligus menuntut ketundukan ekstra ketat. Dari gayanya berpakaian hingga bertutur kata, dia berhak menyandang julukan muslim ideal. Idiom-idiom Arab nan religius yang didapat dari para ustad dan ikhwan begitu kental melekat di lisannya fasih. Kaifa haluk ya akh! Apa kabar, kawan! Begitu sapanya pada suatu ketika.